Rabu, 27 Juli 2016

Cerpen



 Usia Harapan
Andika mengayuh sepedanya pelan. Hatinya masygul. Andrea duduk di belakang sedel sepedanya.
Paras jelita Andrea juga tertutup awan kesedihan. Sesekali kaki Andrea ikut mengayuh pedal sepeda saat jalanan naik.
“Apakah Andrea boleh pergi ke sekolah bersama Andika?’ pinta ibunya kepada mama saya.
Dari mamanya,  Andika  mendengar kisah sahabat barunya.
“Kaki Andrea terjangkit kanker tulang ganas.”
Seminggu lalu Andika tanpa sengaja mendengar pembicaraan ibunya Andrea dengan mama.
“Dokter mendeteksi kanker ganas lain pada tubuh Andrea.”
Saat jalan menanjak, Andrea bertanya,
“Berapa usia sebuah harapan?”
Andika turun dari sepedanya dan menuntunnya. Ia meminta Andrea tetap duduk di boncengan belakang.
“Lilin hidupku tinggal menyisakan nyala penghabisan,” sambung Andrea.
Andika mengingat saat pertama ia memboncengkan Andrea. Mereka mengenakan seragam putih- merah. Sekarang mereka mengenakan pakaian putih dan abu-abu.
Rambut panjang Andrea menutupi wajahnya yang tertunduk. Terdengar isakan panjang. Sepeda berjalan makin pelan.
Andika menyeka air mata Andrea dengan sapu tangan.
“Dimana ada harapan, di situ ada kehidupan.”
_just for you Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar